Ada sebuah mitos tentang awal mula terjadinya gerhana matahari dan bulan:
Suatu hari Batara Guru, pemimpin para dewa mengundang semua dewa-dewi untuk meminum air suci di Surga. Air ini dinamakan Tirta Amertasari yang berarti "air abadi". Siapapun yang meminumnya tidak akan pernah mati, dan akan hidup selamanya.
Suatu hari Batara Guru, pemimpin para dewa mengundang semua dewa-dewi untuk meminum air suci di Surga. Air ini dinamakan Tirta Amertasari yang berarti "air abadi". Siapapun yang meminumnya tidak akan pernah mati, dan akan hidup selamanya.
Batara Kala (Kalaharu) adalah
raksasa jahat yang sangat kuat. Dia selalu membunuh manusia, terutama
anak-anak, dan semua orang takut padanya. Batara Kala tidak diundang karena kejahatannya.
Namun, diam-diam dia terbang ke surga dan mencuri beberapa tetes air. Batara
Surya (Dewa Matahari) dan Batara Candra (Dewa Bulan) mengetahuinya dan segera
melaporkan ke Batara Guru. Batara Guru memerintahkan Batara Wisnu (Dewa
Pemelihara Alam/Pelindung) untuk merebut
kembali Tirta Amertasari. Kemudian Batara Wisnu mengambil senjata
ampuhnya yaitu Chakra.
Ketika
Batara Kala meminum Tirta Amertasari dan baru sampai ke kerongkongannya, Batara Wisnu keburu menebas batang
leher Batara Kala dengan senjata Chakra. Batang tubuh Batara Kala melayang
jatuh ke bumi, menjelma menjadi lesung kayu. Sementara kepalanya melayang
diangkasa, tetap hidup abadi karena telah terlanjur meminum tirta amertasari.
Gambar: Para Warga sedang Memukul Lesung |
Untuk menolong Batara Surya dan
Batara Candra, Batara Wisnu memerintahkan para penduduk bumi agar memukul
lesung kayu untuk membuat banyak suara saat terjadi gerhana, yang
berarti sebagai pertanda bahwa munculnya Batara Kala. Suara itu akan
membantu Batara Surya dan Batara Candra untuk melarikan diri dari Batara Kala.
Hingga saat ini orang memukul lesung kayu/alat seperti penumbuk padi ketika
mereka melihat gerhana. Inilah
asal usul terjadinya gerhana matahari dan bulan menurut mitos.
Sumber: http://gudangkartun.blogspot.com/2007/12/batara-kala-dan-gerhana-matahari.html
0 komentar:
Posting Komentar