Buletin BISA No. I/ 01/ 281112

“Untuk menjadi guru yang ideal, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu menawarkan cinta, kemauan untuk memahami, dan komunikasi untuk mempermudah penyampaian ilmu.” (Ciptono, Guru SLB N 2 Semarang saat Seminar Nasional Belajar Mendidik Indonesia: Menjadi Guru Inspiratif Melawan Keterbatasan untuk Mencerdaskan Bangsa)

Adanya Program Inklusi di Sekolah Belum dapat Diterima Siswa Normal

Pemberlakuan program inklusi pada beberapa sekolah belum mampu meretas perbedaan antara orang-orang normal dengan para kaum difabel. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa dan orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang menerapkan program inklusi

Memilih Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus

Proses pemilihan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus diperlukan kecermatan. Hal ini dikarenakan agar anak tersebut tidak merasa terpinggirkan ketika disandingkan dengan anak-anak normal lainnya

[Opini] Sekolah Inklusi

Bentuk dukungan bagi ABK bukan hanya terfokus pada diri sang anak, melainkan juga pada penciptaan lingkungan yang kondusif

[Profil] Ciptono Sang Guru Inspiratif

“Anak berkebutuhan khusus bukanlah produk Tuhan yang gagal, karena setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Melalui pengamatan dan kesabaran, anak yang dikarunia ketidaksempurnaan akan memunculkan kelebihan-kelebihan yang perlu dipoles dan dilatih”. (Ciptono)

Unordered List

Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 April 2017

Pahamilah Aku, Aku juga Butuh Kasih Sayang Orang Tuaku

http://www.kontakperkasa-f.com/anak-sulit-berkonsentrasi-di-sekolah/
Gambar: We are A Children



     Kehadiran anak-anak dalam sebuah keluarga akan sangat dirindukan. Seseorang yang sudah memutuskan untuk menikah, biasanya akan mendambakan kehadiran seorang buah hati. Hal ini dikarenakan anak yang akan meneruskan cita-cita dari kedua orang tuanya. Anak akan menjadi harapan bagi para orang tua dan keluarganya. Akan tetapi hal tersebut tergantung pada kesiapan dari orang tua untuk bisa menjadi panutan bagi kedua orang tuanya. Ada juga beberapa orang tua yang sudah mendambakan memiliki buah hati, akan tetapi belum siap untuk mendidik dan sedikit kaget bila dirinya sudah memiliki tanggung jawab yang lebih.
         Anak adalah cerminan dari kedua orang tuanya. Apabila hal butuk terjadi pada anak, maka orang tua yang akan bertanggungjawab penuh terhadap anaknya. Sikap dan kepribadian yang dimiliki oleh kedua orang tuanya maupun di lingkungan keluarganya sangat berpengaruh pada diri anak. Anak diibaratkan sebagai kertas putih yang akan berwarna tergantung bagaimana kita melukisnya. Memang pada akhirnya seorang anak akan menjadi orang yang dewasa dan memiliki kehidupan sendiri. Namun, masa kecil anak akan membentuk bagaimana dirinya kelak. 
          Golden age atau biasa disebut dengan masa usia emas yang terjadi pada anak akan terjadi pada usia 0-6 tahun. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak akan terasa cepat sekali berjalan. Pada masa ini kurang lebih 80% otak anak akan mengalami masa pertumbuhan. Pada usia tersebut pula para orang tua seharusnya bisa lebih dekat dengan anak. Kehadiran orang tua sangat diharapkan oleh anak. Pada dasarnya manusia sangat suka bila diberikan perhatian yang lebih, apalagi seorag anak. Anak usia 0-6 tahun akan berada pada fase dimana dia sedang dekat dengan kedua orang tuanya.
          Setelah masa golden age berakhir, masa tersebut yaitu dimana anak akan mulai mengenal dunia sekitar dan juga memiliki teman baru. Jadi, diharapkan orang tua mampu memberikan waktunya untuk dekat dengan anak apalagi pada masa-masa golden age nya. Apabila anak sudah mengenal dunia sekitar dan sudah mengenal bagaimana ia bermain dengan teman-temannya maka intensitas anak berada di dalam rumah akan semakin berkurang. Bila orang tua sudah memberikan dasar dan pondasi bagi anak untuk dapat menjaga dirinya sendiri di masa golden age, maka anak akan tetap mematuhi dan dekat dengan orang tuanya bila sudah mulai mengenal dunia luar.
         

Minggu, 09 April 2017

Pengaruh CCTV terhadap Perilaku Siswa

Gambar: Ilustrasi Pantauan CCTV di Sekolah

Closed-Circuit Television atau yang biasa kita kenal dengan CCTV merupakan sistem di mana sirkuitnya tertutup dan semua elemennya terhubung. Hal ini berbeda dengan siaran TV di mana tunernya mengambil sinyal dari gelombang udara. (Dalam hal ini, terhubung berarti dihubungkan dengan kabel, gelombang mikro, inframerah, dan lain-lain).

Pada era digital saat ini, penggunaan CCTV atau Closed-Circuit Television sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan para guru maupun karyawan bisa mengawasi tingkah laku para siswa. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah tidak hanya saat para siswa melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, akan tetapi ketika istirahat maupun pergantian jam pembelajaran. Melaui CCTV, bukan berarti pekerjaan para guru dan karyawan akan berkurang, akan tetapi hal ini hanya dapat membantu dalam hal pengawasan serta sebagai bukti otentik bila terjadi tindakan yang tidak diinginkan terjadi di sekolah.

Sisi lain yang terjadi, bila kelas terpantau oleh CCTV yaitu para siswa akan merasa terpantau dan terawasi oleh para guru dan karyawan di sekolah. Sehingga tindakan pencurian maupun tindakan kecurangan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dapat diantisipasi dan diatasi. Sebelum pemasangan CCTV, banyak sekali terjadi kecurangan ataupun budaya mencontek saat ujian di kelas. CCTV ini dapat membantu para guru bila sedang mengawasi para siswa. Akan tetapi, adanya media ini diharapkan bukan malah menjadi momok siswa untuk tetap berkarya dan mengembangkan kreativitas di sekolah.

The Beautiful of Candi Ijo

Gambar: Candi Ijo

         Hari Libur yang plus-plus tanggal 28-29 Januari 2017 memaksa kita buat liburan. "Memaksa"?? Mau gimana lagi coba. Kalau nggak pas tanggal merah, kita nggak bisa libur. Tanggal merah aja kadang masih masuk kerja. Hemm . . . nggak apa-apa mumpung masih muda ini Hahahaha . . .
          Bangun-bangun pas Subuh, karena udah diniatin dari semalem. Mandi nya juga mruput banget. Tapi, mo gimana lagi coba. Kebiasaan grasak grusuk kesana kemarin yang bikin memperlama waktu buat berangkat. Baik itu berangkat kerja pagi maupun berangkat liburan kayak gini.
          Walhasil,, meski bangun subuh-subuh. Berangkat dari rumah tetep aja jam 07.00 pagi.
Hemm . . . jalanan masih sepi banget. Angin semilir sepoy-sepoy udah nyapa kita dari kejauhan. Mentari pun nggak pernah sombong buat nyinarin kita dan ngarahin perjalanan kita pagi ini.
Well . . . perjalanan pertama dimulai.
          Berawal dari Jalan Solo - Lurus ke Timur terus aja - sampe di Perempatan Pasar Prambanan - Ambil Kanan dan Belok ke Selatan - Lurus terus ikutin jalan itu. Nanti kalian akan liat sendiri keindahan alam Prambanan, Wuuuuu... Berasa naik motor di atas awan Hahahaha . . .
          Sampai ketemu di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, kamu kalian langsung masuk ke Timur aja. Lurus terus ikutin jalan itu. Jalannya emang agak nggak halus sih. Tapi masih bagus, mungkin sekarang jalannya sudah makin baik. Nanti kalian bakalan nemuin jalan agak berkelok kelok, ikutin aja jalan itu. Jalannya enak kok, kalian nggak perlu bingung-bingung karena udah ada tandanya.
          Kalo mau ke Candi Ijo, kalian juga akan melewati pintu masuk Tebing Breksi. Nggak usah khawatir deh sama jalannya, meskipun jalannya nanjak-nanjak gitu. Karena kalau berdasarkan geografisnya, Candi Ijo itu adalah candi tertinggi se Jogja. Hebat yaa . . . di Jogja ada Candi setinggi itu, kebayangkan dulu buatnya kayak gimana?
          Nah.. terus ikutin jalan aja, meskipun jalannya nanjak-nanjak. Nggak usah khawatir, tetep aman kok. Asalkan jangan lupa doa dan pamit dulu sebelum berangkat. Tips nya buat kalian yang emang jarang sekali naik motor nanjak-nanjak. Kalo kalian pake motornya matic, ah.. aku sih gag bisa kasih tips. wkwkwk.... karena emang nggak ahli naik motor matic. Aman-aman aja sih kalo pake matic. Pake apa aja juga aman. Aslakan tadi, jangan lupa doa.. Aminn.. hahahaha.. Nah kalo kalian pake motor yang gigi, pake gigi yang paling kecil aja. Gigi susu.. eeh.. bukan gigi 1 aja ya. Karena lebih safety buat nanjak-nanjak.
           Untuk rute nya, dari arah mau masuk ke Tebing Breksi masih ke Timur terus aja. Kalo kalian papasan sama mobil atau kendaraan besar lain. Mending berhenti deh. Biar aman. Inget orang tua, saudara, kakek, nenek, kakak, adek, kakak ketemu gedhe, adek ketemu gedhe yaa.. Ahahahahaa
            Sesampainya di Candi Ijo. Kalian bisa liat pemandangan yang bener bener yahuuud... Aseeek... pokoknya nggak nyesel deh kalian kaget kagetan naik naik nanjak nanjak papasan sama truk di jalan. Hal ini terbayarkan setelah liat indahnya Candi Ijo. Kalian parkir di area Selatan Candi Ijo. Bayar parkirnya juga murah, cuma Rp2000 aja kok, dan yang pastinya aman.
Gambar: View di Parkiran Candi Ijo
       
          Kalo kalian nggak mau masuk Candi Ijonya, cukup di parkirannya aja udah kehibur kok. That's Why? Karena di parkirannya aja kalian bisa ngeliat view Jogja dari khayangan. Wuaduuh . . . kayangan?? Emang indah kok. Nggak nyesel deh pokoknya . . .
Gambar: View Bawah Candi Ijo

           Guys, setelah ke parkiran. Kami nerusin perjalanan ke Candi Ijo. Jarak dari parkiran sampe ke Candi Ijonya nggak jauh kok. Cuman beberapa langkah aja. Tapi lebih lah ya dari 5 langkah. Nggak kayak lagu itu.. Hahahaa... yang lima langkah dari rumah, nggak pake kirim surat, SMS juga nggak usah #eaaaaaa
            Setelah sampai di Candi Ijo. Kalian bakal liat view nya. Ada satu candi besar dan 3 candi kecil. Ada juga beberapa puing puing candi di bawahnya. Kalau misalkan mau buat preweed bagus sih. Karena emang ijo-ijo banget. Keliatan banget lah dari namanya Candi Ijo dan emang viewnya ijo-ijo. Rerumputan yang ada di sekitar candi asri banget. Sayang banget kami nggak turun ke bawah untuk foto-foto maupun liat reruntuhan candi. Bagus lagi kalau misal kalian dateng kesini itu pagi sambil liat matahari terbit atau kalau sore hari waktu liat matahari terbenam. You can feel how romantic Jogja here! #woalaaaaa
           So, kesimpulannya maen ke Candi Ijo pagi itu adalah . . . sendiri boleh, rame-rame juga asyik. Kalo mo romantis, ya berdua juga boleh. Asal aman yaaa... ^_* Nggak bakal nyesel naikin jalan yang nanjak-nanjak kek gitu lah.. Seee yaaaaa!!!

Minggu, 12 Februari 2017

Malioboro Wajah Baru

Gambar: Malioboro di Pagi Hari

          Hari Minggu sebisa mungkin aku keluar rumah, entah buat jalan-jalan, olahraga, ataupun cuci mata. Kali aja ada yang dicari... Eh,, ada yang nyari.. E eeeh.. Hahahaa.. Nah, pagi itu 12 Februari 2017. Aku mutusin buat gowes or sepedaan keliling Jogja. Rute yang aku pilih itu Malioboro. That's Why? Taulah kenapa?
Malioboro dengan wajah barunya. Yeah... Malioboro kabarnya mau dibuat kawasan pedestrian. Apa sih kawasan pedestrian? Yang aku tau sih, daerah yang bebas kendaraan bermotor dan mengenyamankan, eh apaan nih kata-katanya, membuat para pejalan kaki lebih nyaman. Ah intinya itu lah, yang lebih tau monggo dikoreksi. 
          Kalo jaman dulu, eh,, maksudnya beberapa tahun yang lalu. Ke Malioboro itu banyak liat orang parkir, kalo sekarang parkirannya lebih rapi ditempatin di Parkiran Abu Bakar Ali. Semoga yang pada ke Jogja makin ngerasa nyaman yaaa.. ^_^ Semoga juga jangan sampe punya mantan di Jogja. Hahahahaaa... 
            Nah, pagi itu. Aku dengan enaknya gowes sepeda sampe ke Malioboro. Ah.. sebagai orang Jogja yang dari kecil sampe umur setua ini, eh.. Semuda ini di Jogja. Nggak pernah yang namanya ngerasain ngongkrong di Malioboro. Emm.. Karena ada kursinya yang baru ituh.. Kebetulan juga kursinya nggak rame banget, akhirnya aku bisa nih duduk-duduk disini.
Gambar: Leyeh-Leyeh Habis Gowes


          Nah, akhirnya, setelah markirin sepeda, Aku bisa deh duduk-duduk santai liatin orang jalan dan menghirup udara segarnya Jogja.. Tepatnya Malioboro!! Woalaaa... Tempatnya enak, nggak panas, rapi pula. Kalo kamu bawa sepeda disini, aman deh InsyaAllah kalo gak ada orang yang jahat. Bisa aman dari serangan pencuri sepeda Hahahaa... karena kenapa? Parkir sepedanya tuh cuman deket, dan ada area parkir sendiri. Nggak cuma nangkringin sepeda atau nyenederin di deket tiangnya aja. Tapi kalo kamu bawa gembok atau rante sendiri. Akan lebih safety lagi.
            Kalo kamu ke Jogja, jangan lupa ya sempetin ke Malioboro. Sekdar duduk santai atau ngobrol berdua atau berbanyak sama temen-temen. Inget ada quote yang sering digunain sama Presiden kita Pak Joko Widodo.
" Lobi meja makan"
             Apa sih artinya itu? Kalo yang aku nangkep sih, kalo nggak salah, dimana kita duduk bersantai dan membicarakan hal-hal yang perlu dibahas. Kalo kita ngobrolnya dengan keadaan nggak santai, grasa-grusu, kesusu, maksudnya terburu-buru maka hasil dari apa yang kita bahas juga tidak akan baik.

Jumat, 11 Januari 2013

Manifestasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila merupakan hasil dari berfikir secara kefilsafatan, yang berasal dari hasil pemikiran yang mendalam dari para pendiri Negara Indonesia, yang kemudian disyahkan sebagai dasar filsafat Negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang wajib dipelajari dan dipahami tentang hal yang terkandung dalam ajaran Pancasila itu. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya dapat setia pada nusa dan bangsa serta mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang selanjutnya diamalkan sebagai ideologi negara.

PENGERTIAN IDEOLOGI
Ideologi berasal dari bahasa Yunani idein yang berarti melihat, dan logia yang berarti kata atau ajaran. Ideologi adalah suatu kompleks idea-idea asasi tentang manusia dan dunia yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup (Rukiyati: 142). Ideologi merupakan gagasan atau ide yang bersifat politik, maka dari itu ideologi negara dapat diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyentuh tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial dalam kehidupan kenegaraan (Noor Ms Bakry: 115). Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-cita. Pada dasarnya, ideologi suatu bangsa adalah pelaksanaan dari nilai-nilai yang dimiliki dan diyakini kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk mewujudkannya.
Pancasila akan selalu berkembang sesuai dengan kepentingan dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dan mencakup nilai-nlai yang menjadi dasar serta pedoman Negara dalam kehidupannya.
Soerjanto Poespowardojo, mengemukakan fungsi-fungsi ideologi adalah sebagai berikut:
  1. Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
  2. Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
  3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi manusia untuk melangkah dan bertindak.
  4. Bekal dan jalan bagi manusia untuk menentukan identitasnya.
  5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
  6. Pendidikan bagi manusia atau masyarakat untuk memahami, dan menghayati, serta menampilakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya (Aa Nurdiaman, 2007: 11).
Rukiyati (2008), mengemukakan bahwa ciri-ciri Pancasila jika dirumuskan secara positif, adalah sebagai berikut:
1. Integral
Integral dalam artian, Pancasila mengajarkan ajaran kemanusiaan yang utuh, dapat dikatakan manusia perlu melengkapi manusia lain.
2. Etis
Etis berasal dari kata etka, yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan manusia yang dapat dikenai ukuran baik atau buruk. Tindakan manusia tersebut akan berhubungan dengan moral. Pancasila didasarkan sebagai filsafah Negara, dengan demikian berarti dalam kehidupan bernegara pada dasarnya harus taat kepada norma-norma yang sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
3. Religius
Religius merupakan pengakuan adanya kekuatan, kekuasaan yang mengatasi segala sesuatu yang dipahami oleh bangsa Indonesia sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Pada sila pertama Pancasila, menegaskan bahwa manusia pada hakikatnya menyatu pada Tuhan, yaitu dalam artian tindakan, perbuatan yang diyakini dalam kehidupan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila mengakui dan menjadikan nilai-nilai Ketuhanan sebagai sumber nilai, motivasi, dan inspirasi bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
Pancasila sebagai ideologi terbuka, dalam hal ini dijadikan sebagai pedoman dalam suatu sistem pemikiran yang terbuka. Melalui ideologi terbuka, bangsa Indonesia mampu berkembang seiring dengan kemajuan jaman dan dapat mengembangkan dinamika kehidupan masyarakat serta dapat lebih mudah dalam memecahkan segenap permasalahan yang timbul dengan penyelesaian yang baik dan lebih terbuka dengan didasarkan atas kesepakatan seluruh masyarakat tanpa adanya paksaan dari luar. Walaupun sebagai ideologi terbuka, dalam hal ini Pancasila diharapkan mampu menyaring setiap pengaruh dari perubahan jaman di era globalisasi seperti sekarang ini.
Aspek-aspek dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka, baik berupa cita-cita pemikiran atau nilai-nilai, maupun norma yang baik dapat direalisasikan dalam kehidupan dan bersifat terbuka dengan memiliki tiga dimensi, yaitu:
  1. Dimensi idealistis, yaitu berarti nilai-nilai dasar dari Pancasila memiliki sifat yang sistematis, juga rasional, dan bersifat menyeluruh.
  2. Dimensi normatif merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila yang perlu dijabarkan kedalam sistem norma, sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma kenegaraan.
  3. Dimensi realistis, dalam hal ini nilai-nilai Pancasila yang dimaksud diatas harus mampu memberikan pencerminan atas realitas yang hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan Negara (Pandji, Setidjo: 2010).
(NASKAH LENGKAP ADA DI PENULIS)
DAFTAR PUSTAKA

Anshoriy, Nasruddin. 2008. Dekonstruksi Kekuasaan: Konsolidasi Semangat Kebangsaan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Bakry Ms, Noor. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ino. 2011. Perbedaan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup. (Online) (http://www.inoputro.com/2011/06/perbedaan-ideologi-terbuka-dan-ideologi-tertutup/, diakses tanggal 7 April 2012).
Nurdiaman, Aa. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa dan Bernegara untuk Kelas VII SMP/MTs. Bandung: Pribumi Mekar.
Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY Press.
Setijo, Pandji. 2010. Pendidikan Pancasila Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: PT Grasindo.
Siswoyo, Agus. 2012. Arti Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. (Online). (http://agussiswoyo.net/ekonomi/arti-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia/, diakses tanggal 15 April).

Kamis, 10 Januari 2013

Kebiasaan Berpikir Positif bagi Remaja

Oleh: Erna Erviana Purnama Sari
Pikiran akan menghasilkan sikap, sikap menghasilkan kebiasaan, kebiasaan menghasilkan karakter atau akhlaq, dan akhlaq menentukan nasib. Jadi, nasib kita ditentukan oleh pikiran (selain oleh kehendak Allah). Jika kita ingin mendapatkan nasib yang baik, maka perbaiki pikiran kita. Dengan pikiran yang positif, akan membuahkan hasil yang positif pula. Padahal tidak dipungkiri, kebanyakan orang lebih mudah berpikir negatif daripada mencoba untuk berpikir positif.
Kondisi psikologis yang positif pada diri individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas. Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada diri sendiri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan motivasi.
Seseorang yang selalu berpikir positif maka ia akan cenderung optimis, baik itu optimis dalam berpikir maupun bertindak. Individu yang optimis berarti dirinya memiliki paradigma pemikiran dengan arah dan tujuan nyata dalam menangapi setiap masalah yang dihadapi.
Ada pula efek negatif dari berpikir positif. Ini biasa dialami remaja dalam situasi tertentu. Berpikir positif kurang tepat bila diterapkan pada situasi yang menuntut anak untuk berprestasi (Goodhart, 1985). Karena anak yang terlalu berpikir positif untuk beprestasti akan menunjukkan prestasi yang kurang baik bila dibandingkan dengan anak yang berpikir negatif. Seorang anak yang terlalu berpikir positif akan menjadi kurang termotivasi untuk berusaha keras agar berprestasi, karena tingkat kekecewaan pada dirinya rendah. Anak akan menggampangkan hal yang belum didapatkannya, bahkan mungkin akan menganggap remeh suatu  hal. Dapat dikatakan anak terlalu percaya diri, tetai rasa percaya diri yang tinggi membuat anak akan Sebaliknya, seorang anak yang cenderung berpikir negatif akan berusaha dengan keras dan memiliki motivasi yang kuat untuk menghindari hasil yang buruk karena pikirannya dihantui oleh rasa negatif akan prestasi yang buruk menimpanya.
Berpikir positif ketika tidak tahu tujuan hidup akan membuat seseorang menjadi semakin mudah sampai pada tempat yang salah (Covey, 1997). Seseorang harus sudah yakin dengan kebenaran arah tujuan hidup yang akan dicapai. Artinya, dalam melakukan sesuatu harus sudah yakin dengan kebenaran pandangan-pandangan yang diikuti. Jika yang dilakukan itu salah dan berpikir positif terhadap kesalahan maka akan memperoleh hasil yang negatif mempercepat ke arah tujuan yang salah.
Seorang anak yang berpikir negatif terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang cukup berat bukan berarti dirinya tidak dapat berpikir positif. Hal ini dapat diubah dengan cara berpikir negatif menjadi berpikir positif. Namun dalam proses pelaksanaannya membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan yang baru ini. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar anak lebih optimis dalam bersikap dan memiliki pikiran yang positif (Peale: 2008):
1.  Percayai Diri Sendiri
   Salah satu masalah yang menghantui para remaja saat ini adalah kurangnya rasa percaya diri. Inferiority complex juga dapat berarti sangat meragukan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang sudah mengalami inferiority complex atau tidak percaya diri akan mencegah dirinya untuk dapat menggapai harapan dan cita-citanya. Hal ini dapat dibatasi dengan mengisi pikiran dengan keyakinan sepenuhnya hingga meluap menjadi aktivitas fisik yang sadar serta mengembangkan keimanan kepada Tuhan. Dan hal ini akan memberikan keyakinan nyata terhadap diri sendiri. Mengembangkan keimanan dapat dilakukan dengan berdoa, membaca kitab suci hingga pikiran kita dapat menyerap isinya. Doa yang dapat menghasilkan kualitas keyakinan untuk mengikis inferiority complex harus benar-benar alami dari dalam  hati nurani. Jika berdoa hanya dijadikan formalitas, tidak cukup kuat untuk membuang inferiority complex.
   Jika kita berpikir bahwa penampilan maupun kemauan kita berada di bawah orang lain, maka kita akan merasa minder. Tapi jika pikiran kit amengatakan bahwa kita memiliki potensi yang sama dengan orang lain, maka kita akan percaya diri.
   Ada orang yang menyebutkan bahwa ketidakpercayaan diri merupakan bawaan sejak lahir, hal itu boleh dikatakan benar. Tetapi tidak semua orang yang mengalami inferiority complex merupakan bawaan dari lahir. Hal itu tergantung pada pola perkembangan dan lingkungan sekitar.
2.  Menerapkan Sikap Periksa Diri
   Setiap kali kita berpikir bahwa kita akan mengalami suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses dalam melakukan suatu hal, maka segera singkirkan pikiran itu dan tanamkan pikiran-pikiran positif untuk menghadangnya. Initinya, berfokus pada hal positif yang akan dihasilkan dan melakukan pemeriksa diri atau menata ulang diri sendiri. Jika pikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan dengan pikiran positif. Semakin sering kita berlatih menggunakan sikap mental positif, semakin cepat kita menyadari munculnya pikiran negatif.
3.  Mengikuti Gaya Hidup Sehat
   Olahraga yang rutin dapat mengubah suasana hati menjadi positif. Pola makan yang sehat juga akan mempengaruhi pikiran dan tubuh. Secara tidak langsung, tubuh akan dapat mengelola stres yang ada pada pikiran. Tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka akan juga tertanam pikiran yang positif, sebab pikiran yang jernih juga datang dari hal yang bersih. Jika tubuh sehat, maka ketika melakukan suatu tindakan juga berdasarkan hati yang jernih maka akan timbul pemikiran yang positif.
4.  Menjaring Relasi dengan Teman yang Positif
   Sebagai makhluk sosial, manusia ditakdirkan hidup bersama dengan orang lain. Menjaring relasi dengan orang-orang yang berpikir positif akan mendatangkan hasil yang positif. Pikirkan yang positif itu seperti penyakit yang menular. Orang-orang yang memandang kehidupan dengan positif merupakan orang yang optimis dan selalu mendukung kita dengan memberi saran yang baik. Sebaliknya jika kita berada di lingkungan orang-orang yang berpikir negatif, maka akan meningkatkan stres dan bahkan akan membuat kita ragu untuk mengelola stres dengan cara yang sehat dan berpikir logis. Memahami lebih dahulu kelemahan dan kekurangan diri sendiri, memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan orang lain, maka seseorang sudah memiliki kunci untuk memasuki jaringa pergaulan yang positif, saling pengertian, toleransi dan saling menguntungkan.
5.  Lebih Peka dalam Menghadapi Sesuatu
   Lebih peka terhadap masalah-masalah potensial berarti lebih siap dalam menghadapinya. Seseorang yang terbiasa menghadapi suatu masalah, jika dihadapkan pada masalah yang berat, dirinya masih bisa untuk mengatasinya. Penyelesaian masalah dilakukan dengan lebih mengetahui masalah tersebut. Jika masalah dipahami lebih dalam, maka akn mudah untuk mengatasinya.
   Ini juga berlaku ketika kita peka terhadap pengalaman-pengalaman positif. Apabila selalu menanggapi kegiatan yang baru dialami di kehidupan kita, maka akan memperoleh sesuatu hal yang baru.
6.  Memiliki Rasa Bersyukur
   Kehidupan di dunia ini akan lebih indah dijalani dengan rasa syukur. Memiliki rasa syukur berarti mensyukuri atas apa yang diterima, hal baik ataupun buruk. Rasa syukur merupakan salah satu cara dari berpikir positif. Seseorang selalu memiliki target dari apa yang diinginkan, tapi jika target itu tidak bisa dicapai, disini pikiran positif memiliki peran yang penting karena akan dapat membangun dan memperkuat kepribadian seseorang untuk dapat mengambil hal-hal yang baik atau hal positif dari setiap kejadian yang diterima. Menghadapi situasi yang dapat kita kendalikan dan berupaya menerima situasi yang tidak dapat kita kendalikan.
7.  Memiliki Rasa Humor
   Mencoba untuk tetap tersenyum dan tertawa, khususnya pada saat menghadapi masa yang sulit. Rasa humor  akan membantu seseorang untuk mendapatkan pikiran, emosi, dan perilaku yang lebih positif. Hal ini dikarenakan, seseorang yang memiliki rasa humor tidak menghadapi masalah dengan pikiran yang terlalu berat dan memandangnya dengan pikiran yang tenang dan positif. Rasa humor yang dimiliki akan mengimbangi beban mental yang ada di dalam pikirannya.
8.  Mencatat Hal Baik yang Dialami
   Selalu mencatat hal baik yang dialami selama melakukan aktivitas seharian. Semakin banyak hal baik yang dialami, berarti semakin positif pula sikap kita. Mungkin cara ini dimaksudkan agar menjadi kebiasaan dalam melakukan hal baik.
9.  Menaati Aturan Sederhana
   Kita harus memiliki prinsip dalam hidup.  Jangan pernah mengatakan apapun kepada diri kita  sesuatu yang tidak ingin kita katakan pada orang lain. Tidak semua orang menyukai apa yang kita katakan. Sesuatu yang benar dimata kita, belum tentu itu benar dimata orang lain ataupun sebaliknya. Jika kita mengatakan hal yang tidak ingin kita katakan, dan orang lain tidak menyukainya hal ini akan merusak hubungan yang positif.  Hubungan yang positif terjalin bukan hanya karena kita dapat memahami orang lain, tetapi juga bagaimana orang lain dapat memahami kita. Karena itu perlu diterapkan aturan sederhana.
Seseorang yang sudah dapat merasakan efek dari berpikir positif itu sendiri, kemudian dirinya dapat membiasakan berpikir positif dalam tahap kegiatan yang dilakukan. Jika berpikir positif itu menjadi kebiasaan, maka akan membentuk karakter, yang kemudian akan membentuk kepribadian pada diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA


R. Covey, Stephen.,Thomas Moore, dkk.  1997. Quest: The Spiritual Path to Success. United States: Simon & Schuster AudioBook.

Vincent Norman, Peale. 2008. Berpikir Positif untuk Remaja. Yogyakarta: Baca.

Penggunaan Bahasa Ilmiah di Sekolah Dasar

Oleh: Erna Erviana Purnama Sari
Gambar: Siswa SD sedang Mengikuti Pembelajaran
Sebagai seorang calon guru, hendaknya kita dapat berinteraksi dengan siswa. Tentu saja untuk mendapatkan hal tersebut kita dituntut untuk dapat berkomunikasi denga baik. Tidak mudah bagi kita untuk dapat berbahasa dengan baik. Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik bahasa tertulis maupun bahasa lisan. Adapun ciri-ciri dari bahasa baku dapat kita lihat seperti dibawah ini:

  1. Penggunaan lafal baku dalam bahasa lisan, contoh: kalau klo, habis abis, nanti entar, sudah udah. 
  2. Penggunaan tata bahasa normatif, contoh: acara itu sedang kami ikuti acara itu kami sedang ikuti.
  3. Penggunaan kata-kata baku, contoh: uang duit, makan maem, tidak nggak, sekali banget. 
  4. Penggunaan ejaan resmi dalam bahasa tulis, contoh: dan sebagainya dsb, dan lain-lain dll, harus hrs, yang yg, yang bersangkutan ybs.
  5. Penggunaan kalimat secara efektif, contoh: saya tidak pernah telat datang ke sekolah aku nggak pernah telat ke sekolah.
       Banyak masyarakat yang menganggap bahasa baku itu sangat bertele-tele, padahal semua itu bertujuan agar kita bisa menggunakannya secara komunikatif dalam pergaulan sehari-hari serta mempermudah kita untuk mengerti maksud dari bahasa lisan atau bahasa tulis yang disampaikan seseorang kepada kita. Dengan demikian, penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat diperlukan. Apalagi ketika kita berada di kampus dibiasakan untuk menggunakan bahasa ilmiah dalam pemilihan kata, baik itu dalam pembuatan karya ilmiah maupun dalam melakukan presentasi di kelas. Hal ini tentu saja tidak mungkin diterapkan penggunaan bahasa ilmiah di sekolah dasar.
       Bayangkan saja ketika kita sedang melakukan observasi di sekolah dasar, kemudian secara tidak sengaja kita menggunakan bahasa ilmiah dalam menjelaskan kepada siswa. Bukan berarti kita merendahkan siswa karena tidak mengetahui maksud dari apa yang kita jelaskan. Tetapi hanya mengantisipasi saja, apabila penggunaan bahasa ilmiah tersebut digunakan dalam menerangkan kepada siswa hal ini akan menghambat dan mempersulit siswa untuk belajar. 

Guru Sahabat bagi Siswa

Oleh: Erna Erviana Purnama Sari
          Guru (dari Sansekerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiyah adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.


Gambar: Para Calon Guru SD sedang Melakukan Observasi
Guru, banyak orang mendeskripsikannya dari kata “digugu” dan “ditiru”. Dalam hal ini dimana apa yang dilakukan seorang guru dapat ditiru dan dipertanggungjawabkan. Dilihat dari pemaparan mengenai deskrpsi guru diatas, bahwa guru juga harus menjaga dalam perilakunya. Tidak hanya mumpuni dalam segi kognitif, tetapi juga dapat dikatakan baik dalam segi afektifnya. 
Guru yang disenangi siswa, tidak hanya guru yang pintar, dan baik saja. Tetapi juga guru yang dapat menjadi sahabat siswa. Maksud dari sahabat siswa bukan seperti guru yang bertingkah laku seperti siswanya. Tetapi guru yang dapat mengerti, dan memahami tingkah laku serta kemampuan siswanya. Kemudian ia dapat memposisikan dirinya untuk dapat dekat dan merasakan keluhan dan penderitaa siswanya.