Disuatu saat, satu orang
ayah bertanya pada tiga orang anak; ‘ditanganku ada tiga buah benda, yaitu
emas,uang dan garam. Menurut kalian yang mana yang paling berharga?’. Dua
anak yakni yang sulung dan yang nomor dua memilih Emas. Sambil melihat
sibungsu, kedua anak itu bertanya ‘yang mana yang kamu pilih?’. mereka
menyangka sibungsu akan memilih uang, ternyata yang dipilih adalah garam.
Karena yang dipilih sibungsu adalah garam, hamper setiap hari sibungsi
diejek dan ditertawakan oleh kedua kakaknya. Namun demikian,
sibungsu tetap sabar. Sibungsupun bertanya kepada kedua kakaknya, menurut
kalian apakah emas lebih berharga dari Garam? Sibungsu semakin dihina ketika
mempertanyakan hal itu. “Makanlah garam itu sampai kenyang, jangan lupa
sisanya disimpan baik-baik atau berikan saja pada anjing”. Begitulah ejekan
dari kedua kakaknya. Sekalipun dalam keluarga ini terlihat sepertinya
tidak saling cocok dan selalu bermusuhan, tapi mereka sangat menataati setiap
perintah ayah mereka.
Suatu saat mereka
ditugaskan untuk membuat jadwal masak. Supaya pembagian jadwalnya terkesan
tidak curang, sang ayah membuat undian. Hasil dari undian itu ialah
bahwa, untuk setiap hari senin dan selasa adalah tugasnya si sulung, hari rabu
dan kamis adalah yang nomor dua dan hari jumat sampai sabtu adalah tugasnya
sibungsu, sementara hari minggu mereka bersepakat untuk makan di luar. Tugas
itupun dapat berjalan dengan baik. Si sulung dapat memasak dengan baik dan
rasanya sangat enak. Begitu juga dengan anak yang kedua.
Sekarang tibalah
saatnya si bungsu untuk memasak. Ayah mereka sangat berharap
sibungsu dapat memasak dengan baik supaya makanannya dapat dinikmati
dengan senang dan sibungsu bakalan tidak dihina lagi.
Waktu makanpun tiba
semua menuju meja makan untuk makan bersama. Orang yang duluan mencicipi
makanan dari setiap masakan adalah sanga ayah. Diasaat sangayah mencicipinya,
sang ayah sangat kecewa, karena makanan yang dimasak oleh sibungsu sangat
tidak enak, namun sang ayah menyembunyikan perkara ini, sebab sang ayah tidak
mau membuat sibungsu kecewa. Selanjutnya diikuti oleh sisulung, anak kedua dan
sibungsu. Si sulung dan saudara mereka yang nomor dua itu, tiba-tiba langsung
membuang nasi ke arah si-bungsu sambil menghinanya katanya makanan ini
sangat tidak enak, kamu pasti tidak iklas memasak makanan ini.
Sibungsu tertunduk
sambil menangis, tetapi sang ayah berusaha untuk menenangkan hatinya, lalalu
kemudian memberikan kesempatan kepada sibungsu untuk menejelaskan kenapa
hal ini bisa terjadi. Sebelum sibungsu menjelaskan, sibungsu masi memberikan
pertanyaan ‘bagaimana rasanya makanan yang saya masak?’ lalu serempak
saudara-saudaranya menjawab ‘makanan mu rasanya tawar’, kemuian si
nungsu memberikan penjelasan; memang benar kalau makanan ini rasanya tawar,
saya sengaja membuatnya seperti ini, karena saya tahu kalian tidak suka
dengan garam dan bahkan kalian sangat benci dengan garam. Dari dulu bahkan
sampai sekarang saya dihina cuman karena saya memilih garam. Oleh sebab itu,
saya tidak memasukan garam sebagai bahan penyedap rasa kedalam makanan.
Mendengar penjelasan
itu, kedua kakak sibungsu mulai merasa sadar, bahwa garamlah yang paling
penting dari segalanya.
Pesan; cerita ini bukan
menceritakan tentang garam, tetapi mengajak kita untuk jadilah seperti garam
dan bersediahlah untuk dihina. Nama garam tidak akan disebut ketika makanan
yang dimakan terasa enak. Orang malah bertanya; siapa yang masak makanan ini.
Tetapi apabila makanannya tidak enak, maka nama garam akan terkenal sebab
orang akan berkata makanan ini rasanya tawar, mungkin mereka lupa
menaru garam atau garamnya tidak cukup.jangan perna menyesal ketika anda dalam
hidup ini sering tidak dianggap sama sekali oleh keluarga,
teman dan atau siapa saja, karena suatu saat mereka akan dengan
sendirinya sadar bahwa dirimu adalah orang yang berarti.
Sumber:
http://buletinfkip.blogspot.com/2012/04/mqari-berdongeng-bersama-fkip-uksw.html
0 komentar:
Posting Komentar