Minggu, 30 Desember 2012
Pahlawan Tanpa Lencana
Oleh: Saifuddin Usman
Sumber: http://meteorcom.wordpress.com/kumpulan-puisi-untuk-guru/
Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah
Dingin menyelimuti langkah penuh keikhlasan
Renungan hanya untuk sebuah kejayaan
Tiada lafaz seindah tutur katamu
Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah
Hari demi hari begitu cepat berlalu
Tiada rasa jenuh terpancar di wajah mu
Semangat mu terus berkobar
Memberikan kasih sayang tiada rasa jemu
Jika engkau akan melangkah pergi
Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu telah tiada dirimu kan selalu
di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana
Jumat, 28 Desember 2012
Aku seorang Guru
Lihatlah… seharian,
aku telah diminta menjadi seorang aktor,
teman, penemu barang hilang, psikologi,
pengganti orang tua, penasihat,
hakim, pengarah, motivator,
dan pembimbing ruhani murid-muridku..
Meski tersedia peta,
grafik, formula, kata kerja, cerita dan buku.
Aku sebenarnya tidak punya apa-apa untuk diajarkan,
karena murid-muridku sebenarnya hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar.
Sumber: http://infogaya.blogspot.com/2012/03/puisi-guru-puisi-ibu-guru-dan-bapak.html
Kamis, 27 Desember 2012
Si Bungsu yang Baik Hati dengan Garamnya
Disuatu saat, satu orang
ayah bertanya pada tiga orang anak; ‘ditanganku ada tiga buah benda, yaitu
emas,uang dan garam. Menurut kalian yang mana yang paling berharga?’. Dua
anak yakni yang sulung dan yang nomor dua memilih Emas. Sambil melihat
sibungsu, kedua anak itu bertanya ‘yang mana yang kamu pilih?’. mereka
menyangka sibungsu akan memilih uang, ternyata yang dipilih adalah garam.
Karena yang dipilih sibungsu adalah garam, hamper setiap hari sibungsi
diejek dan ditertawakan oleh kedua kakaknya. Namun demikian,
sibungsu tetap sabar. Sibungsupun bertanya kepada kedua kakaknya, menurut
kalian apakah emas lebih berharga dari Garam? Sibungsu semakin dihina ketika
mempertanyakan hal itu. “Makanlah garam itu sampai kenyang, jangan lupa
sisanya disimpan baik-baik atau berikan saja pada anjing”. Begitulah ejekan
dari kedua kakaknya. Sekalipun dalam keluarga ini terlihat sepertinya
tidak saling cocok dan selalu bermusuhan, tapi mereka sangat menataati setiap
perintah ayah mereka.
Suatu saat mereka
ditugaskan untuk membuat jadwal masak. Supaya pembagian jadwalnya terkesan
tidak curang, sang ayah membuat undian. Hasil dari undian itu ialah
bahwa, untuk setiap hari senin dan selasa adalah tugasnya si sulung, hari rabu
dan kamis adalah yang nomor dua dan hari jumat sampai sabtu adalah tugasnya
sibungsu, sementara hari minggu mereka bersepakat untuk makan di luar. Tugas
itupun dapat berjalan dengan baik. Si sulung dapat memasak dengan baik dan
rasanya sangat enak. Begitu juga dengan anak yang kedua.
Sekarang tibalah
saatnya si bungsu untuk memasak. Ayah mereka sangat berharap
sibungsu dapat memasak dengan baik supaya makanannya dapat dinikmati
dengan senang dan sibungsu bakalan tidak dihina lagi.
Waktu makanpun tiba
semua menuju meja makan untuk makan bersama. Orang yang duluan mencicipi
makanan dari setiap masakan adalah sanga ayah. Diasaat sangayah mencicipinya,
sang ayah sangat kecewa, karena makanan yang dimasak oleh sibungsu sangat
tidak enak, namun sang ayah menyembunyikan perkara ini, sebab sang ayah tidak
mau membuat sibungsu kecewa. Selanjutnya diikuti oleh sisulung, anak kedua dan
sibungsu. Si sulung dan saudara mereka yang nomor dua itu, tiba-tiba langsung
membuang nasi ke arah si-bungsu sambil menghinanya katanya makanan ini
sangat tidak enak, kamu pasti tidak iklas memasak makanan ini.
Sibungsu tertunduk
sambil menangis, tetapi sang ayah berusaha untuk menenangkan hatinya, lalalu
kemudian memberikan kesempatan kepada sibungsu untuk menejelaskan kenapa
hal ini bisa terjadi. Sebelum sibungsu menjelaskan, sibungsu masi memberikan
pertanyaan ‘bagaimana rasanya makanan yang saya masak?’ lalu serempak
saudara-saudaranya menjawab ‘makanan mu rasanya tawar’, kemuian si
nungsu memberikan penjelasan; memang benar kalau makanan ini rasanya tawar,
saya sengaja membuatnya seperti ini, karena saya tahu kalian tidak suka
dengan garam dan bahkan kalian sangat benci dengan garam. Dari dulu bahkan
sampai sekarang saya dihina cuman karena saya memilih garam. Oleh sebab itu,
saya tidak memasukan garam sebagai bahan penyedap rasa kedalam makanan.
Mendengar penjelasan
itu, kedua kakak sibungsu mulai merasa sadar, bahwa garamlah yang paling
penting dari segalanya.
Pesan; cerita ini bukan
menceritakan tentang garam, tetapi mengajak kita untuk jadilah seperti garam
dan bersediahlah untuk dihina. Nama garam tidak akan disebut ketika makanan
yang dimakan terasa enak. Orang malah bertanya; siapa yang masak makanan ini.
Tetapi apabila makanannya tidak enak, maka nama garam akan terkenal sebab
orang akan berkata makanan ini rasanya tawar, mungkin mereka lupa
menaru garam atau garamnya tidak cukup.jangan perna menyesal ketika anda dalam
hidup ini sering tidak dianggap sama sekali oleh keluarga,
teman dan atau siapa saja, karena suatu saat mereka akan dengan
sendirinya sadar bahwa dirimu adalah orang yang berarti.
Sumber:
http://buletinfkip.blogspot.com/2012/04/mqari-berdongeng-bersama-fkip-uksw.htmlBatara Kala (Dongeng Gerhana Bulan dan Matahari)
Ada sebuah mitos tentang awal mula terjadinya gerhana matahari dan bulan:
Suatu hari Batara Guru, pemimpin para dewa mengundang semua dewa-dewi untuk meminum air suci di Surga. Air ini dinamakan Tirta Amertasari yang berarti "air abadi". Siapapun yang meminumnya tidak akan pernah mati, dan akan hidup selamanya.
Suatu hari Batara Guru, pemimpin para dewa mengundang semua dewa-dewi untuk meminum air suci di Surga. Air ini dinamakan Tirta Amertasari yang berarti "air abadi". Siapapun yang meminumnya tidak akan pernah mati, dan akan hidup selamanya.
Batara Kala (Kalaharu) adalah
raksasa jahat yang sangat kuat. Dia selalu membunuh manusia, terutama
anak-anak, dan semua orang takut padanya. Batara Kala tidak diundang karena kejahatannya.
Namun, diam-diam dia terbang ke surga dan mencuri beberapa tetes air. Batara
Surya (Dewa Matahari) dan Batara Candra (Dewa Bulan) mengetahuinya dan segera
melaporkan ke Batara Guru. Batara Guru memerintahkan Batara Wisnu (Dewa
Pemelihara Alam/Pelindung) untuk merebut
kembali Tirta Amertasari. Kemudian Batara Wisnu mengambil senjata
ampuhnya yaitu Chakra.
Ketika
Batara Kala meminum Tirta Amertasari dan baru sampai ke kerongkongannya, Batara Wisnu keburu menebas batang
leher Batara Kala dengan senjata Chakra. Batang tubuh Batara Kala melayang
jatuh ke bumi, menjelma menjadi lesung kayu. Sementara kepalanya melayang
diangkasa, tetap hidup abadi karena telah terlanjur meminum tirta amertasari.
Gambar: Para Warga sedang Memukul Lesung |
Untuk menolong Batara Surya dan
Batara Candra, Batara Wisnu memerintahkan para penduduk bumi agar memukul
lesung kayu untuk membuat banyak suara saat terjadi gerhana, yang
berarti sebagai pertanda bahwa munculnya Batara Kala. Suara itu akan
membantu Batara Surya dan Batara Candra untuk melarikan diri dari Batara Kala.
Hingga saat ini orang memukul lesung kayu/alat seperti penumbuk padi ketika
mereka melihat gerhana. Inilah
asal usul terjadinya gerhana matahari dan bulan menurut mitos.
Sumber: http://gudangkartun.blogspot.com/2007/12/batara-kala-dan-gerhana-matahari.html